Persamaan Gender?
Persamaan gender, sebuah issu yang
tak pernah ditemukan ujung penyelesaiaannya. Perempuan, kupandang dirimu dengan
sifatku yang qowwam[1] terhadap
dirimu, namun itu tak berarti. Kau menginginkah lebih dari itu. Tahukah kau,
kau lembut bagi kami. Ungkapanku, harus tertata atas dirimu, perasaanmulah yang
membuat itu. Benar, kau bidadari buat kami. Lalu apakah yang kau inginkan
dengan pernyataanmu “ persamaan gender
”? baiklah, itu hakmu, kau berhak
berpendapat. Tapi, pikirkanlah ungkapan qolbu yang peduli dengan perempuan
erikut ini:
“ melihat realita social hari-hari ini, ia
seakan berbisik pada telinga hati ini.
Beginilah, bisikan itu terdengar:
1.
Gagasan persamaan gender sering diungkapkan oleh para
ilmuan perempuan. Mereka menyuarakan,” tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan, perempuan juga berhak atas hak laki-laki, termasuk berhak menjadi
pemimpin”
Ukhty,….! beberapa catatan dari
pernyataan itu:
a.
Ambisius terhadap kepemimpinan
b.
Bagaimana dengan perempuan yang tidak berambisi menadi
pemimpin? bukankah kaum feminis juga memadati dunia kita ini? Bukankah
kwantitas para pemimpin jauh lebih sedikit dari pada yang dipimpin?
c.
Ingat..! ranah gender juga ada dalam nash tiap agama.
Bukakah nash itu sendiri yang mendoktrin masyarakat, dan dapat disimpulkan,
persamaan genderpun akan menjadi doktrin. dotrin itulah –sejarah
mengatakan- akan menjadi edeologi negara
, ketika menjadi edeologi Negara,
Bagaiman kalau perempuan benar-benar disamakan lahir batin dengan laki-laki?
Perhatikan…!
-
dengan edeologi Negara, perempuan sama kuat dengan laki-laki, maka kita
akan akan melihat ribuan perempuan di atas bangunan. Sementara, hati
siapakah yang akan tersayat dengan pemandangan itu, kalau bukan hati
yang disifati dengan qowwaumun ‘alannisa’.!!!!
-
dengan edeologi Negara, ribuan tulang lembut perempuan dipatahkan tulang
kuat para pejantan, dengan alasan persamaan gender (di KRT).
-
dengan edeologi Negara, berapa
ribu perempuan yang stres karena perasaannya dianggap sama denagan perasaan
laki-laki. Sementara…. Tahukah anda,..! laki-laki disinggung dengan cerca akan
tertantang, sementara perempuan, sindiran halus saja sering menjatuhkan air
matanya. Iya kan……….?
Perhatikan….!
-
apakah kita benar-benar percaya dengan teori Darwin tentang
asal mula kita? Dari teorinya itu, kita
akan membenarkan pernyataan “ laki-laki berotot karena sering latihan, Laki-laki berpostur agak besar karena latihan, laki-laki
berperasaan seperti itu karena latihan.
mungkin kita akan menyimpulkan “perempuanpun kalau dilatih tubuhnya
akan sekuat laki-laki, ototnya sebesar
laki-laki, perasaannya sekebal laki-laki, dan mungkinkah kelaminya juga?
*Sorry, kalau selalu
–bukankah*
-
Oh, ya…bukankah ummul mu’minin sangat dekat dengan nabi
Muhammad dan lebih dekat daripada sahabat. tentu dengan kedekatannya pula ilmu
beliau lebih mumpuni dari pada para sahabat. Namun kenapa ‘amirul mu’minin
selama kejayaan islam belum pernah dipegang oleh perempuan? Bukankah masa
shahabat dikatakan kaum terbaik dan terpercaya? Tidak ada yang ingkar atas keutamaan kaum pertama itu,
merekalah yang paling faham dengan tafsir al-qur’an.
-
Teman-teman putri dari pesantren juga ikut menyuarakan ini,
sementara mereka sekarang masih bercadar
berbusana sedemikian tertutup, suaranya rendah.
Ingat….!
-
Lihatlah realita,
jangan tereforia dengan perputaran zaman. Jangan munafiq, dengan tidak
mengakui fakta. Apa yang dapat diambil untung dari itu? Saranku, kembalilah
pada realita karena ia tak mungkin membohongi yang mempercayainya. “
Arrijal qowwamuna
‘alannisa’- Qur’an. Masih percaya kan dengan ini?
Saifuddin, 27 oktober 2011
Depan kantor PPMSRM