Jumat, 10 Februari 2012

Persamaan Gender?
Persamaan gender, sebuah issu yang tak pernah ditemukan ujung penyelesaiaannya. Perempuan, kupandang dirimu dengan sifatku yang qowwam[1] terhadap dirimu, namun itu tak berarti. Kau menginginkah lebih dari itu. Tahukah kau, kau lembut bagi kami. Ungkapanku, harus tertata atas dirimu, perasaanmulah yang membuat itu. Benar, kau bidadari buat kami. Lalu apakah yang kau inginkan dengan pernyataanmu  “ persamaan gender ”?  baiklah, itu hakmu, kau berhak berpendapat. Tapi, pikirkanlah ungkapan qolbu yang peduli dengan perempuan erikut ini:
 “ melihat realita social hari-hari ini, ia seakan berbisik pada telinga hati ini.
Beginilah, bisikan itu terdengar:
1.      Gagasan persamaan gender sering diungkapkan oleh para ilmuan perempuan. Mereka menyuarakan,” tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, perempuan juga berhak atas hak laki-laki, termasuk berhak menjadi pemimpin”
Ukhty,….! beberapa catatan dari pernyataan itu:
a.       Ambisius terhadap kepemimpinan
b.      Bagaimana dengan perempuan yang tidak berambisi menadi pemimpin? bukankah kaum feminis juga memadati dunia kita ini? Bukankah kwantitas para pemimpin jauh lebih sedikit dari pada yang dipimpin?
c.       Ingat..! ranah gender juga ada dalam nash tiap agama. Bukakah nash itu sendiri yang mendoktrin masyarakat, dan dapat disimpulkan, persamaan genderpun akan menjadi doktrin. dotrin itulah –sejarah mengatakan-  akan menjadi edeologi negara , ketika menjadi edeologi Negara,  Bagaiman kalau perempuan benar-benar disamakan lahir batin dengan laki-laki?
Perhatikan…!
-   dengan edeologi Negara, perempuan sama kuat dengan laki-laki, maka kita akan akan melihat ribuan perempuan di atas bangunan. Sementara,  hati  siapakah yang akan tersayat dengan pemandangan itu, kalau bukan hati yang disifati dengan qowwaumun  ‘alannisa’.!!!!
-   dengan edeologi Negara, ribuan tulang lembut perempuan dipatahkan tulang kuat para pejantan, dengan alasan persamaan gender (di KRT).
-   dengan edeologi Negara,  berapa ribu perempuan yang stres karena perasaannya dianggap sama denagan perasaan laki-laki. Sementara…. Tahukah anda,..! laki-laki disinggung dengan cerca akan tertantang, sementara perempuan, sindiran halus saja sering menjatuhkan air matanya. Iya kan……….?
Perhatikan….!
-          apakah kita benar-benar percaya dengan teori Darwin tentang asal mula kita? Dari teorinya itu,  kita akan membenarkan pernyataan “ laki-laki berotot karena sering latihan, Laki-laki berpostur agak besar karena latihan, laki-laki berperasaan seperti itu karena latihan.  mungkin kita akan menyimpulkan “perempuanpun kalau dilatih tubuhnya akan  sekuat laki-laki, ototnya sebesar laki-laki, perasaannya sekebal laki-laki, dan mungkinkah kelaminya juga?
*Sorry, kalau selalu –bukankah*
-          Oh, ya…bukankah ummul mu’minin sangat dekat dengan nabi Muhammad dan lebih dekat daripada sahabat. tentu dengan kedekatannya pula ilmu beliau lebih mumpuni dari pada para sahabat. Namun kenapa ‘amirul mu’minin selama kejayaan islam belum pernah dipegang oleh perempuan? Bukankah masa shahabat dikatakan kaum terbaik dan terpercaya? Tidak ada yang  ingkar atas keutamaan kaum pertama itu, merekalah yang paling faham dengan tafsir al-qur’an.
-          Teman-teman putri dari pesantren juga ikut menyuarakan ini, sementara mereka sekarang  masih bercadar berbusana sedemikian tertutup, suaranya rendah.
Ingat….!
-          Lihatlah realita,  jangan tereforia dengan perputaran zaman. Jangan munafiq, dengan tidak mengakui fakta. Apa yang dapat diambil untung dari itu? Saranku, kembalilah pada realita karena ia tak mungkin membohongi yang mempercayainya. “
Arrijal qowwamuna ‘alannisa’- Qur’an. Masih percaya kan dengan ini?


Saifuddin, 27 oktober 2011
Depan kantor PPMSRM




[1] Arrijal qowwamuna ‘alannisa’