Rabu, 01 Agustus 2012


Karamah Wali Allah
Karamah merupakan perkara luar biasa yang berlaku ke atas ulama atau wali Allah. Mereka adalah golongan insan yang beriman dan beramal soleh, ikhlas dalam perkataan, perbuatan serta menjadikan seluruh kehidupan mereka hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Para kekasih Allah sangat menumpukan seluruh perhatiannya kepada Allah dan Allah pun senantiasa memperhatikannya bahkan menjadikan insan soleh tersebut lebih dekat kepadaNya. Karamah berlaku sepanjang zaman sejak dahulu hingga ke hari ini. Begitu halnya dari kalangan para sahabat, ramai memiliki karamah atau kelebihan yang luar biasa. Mereka beriman dengan kejernihan kalbu, kecintaan terhadap Allah dan RasulNya melebihi segala-galanya bahkan kasih sayang mereka terhadap orang mukmin sangat mendalam, sehingga akhirnya mereka memperoleh darjat yang tinggi.

Karamah berasal dari kata Ikraam yang mempunyai erti penghargaan dan pemberian. Allah mengurniakan wali-waliNya berbagai kejadian luar biasa atau yang biasa disebut karamah. Hal itu diberikan kepada mereka sebagai rahmat dari Allah dan bukan kerana hak mereka. Karamah biasa disebut sebagai kejadian yang luar biasa yang diberikan Allah kepada hamba-hambaNya yang selalu meningkatkan taraf ibadahnya dan ketaatannya. Karamah itu diberikan sebagai suatu pembekalan ilmu atau sebagai ujian bagi seorang wali. Dan karamah boleh terjadi tanpa sebab dan tanpa adanya tentangan dari orang lain.


Dari Abu Saeed Al-Khudri, beliau berkata : “Pada suatu malam ketika Usaid ibnu Khudhair sedang membaca Al Qur’an di pekarangan rumahnya, tiba-tiba kudanya melonjak-lonjak, sampai ia menghentikan bacaannya. Kemudian ketika ia melanjutkan bacaannya lagi, anehnya, kudanya melonjak-lonjak lagi, sampai ia menghentikan bacaannya. Kata Usaid: “Maka aku takut kalau kudaku menginjak Yahya, putraku. Ketika aku berdiri, tiba-tiba aku lihat di atas kepalaku ada naungan cahaya dan ia membumbung ke atas lambat-lambat sampai menghilang dari pandanganku.

Dari Aisyah r.a, beliau berkata :
“Abu Bakar Ash Shiddiq pernah memiliki dua puluh gantang buah kurma yang diberikan kepadaku. Ketika saat kematiannya tiba, maka ia berkata; “Wahai putriku, tidak seorang pun yang lebih kucintai dan lebih aku takuti kesusahannya darimu, dulu aku pernah berikan kepadamu dua puluh gantang buah kurma, kalau dulu telah engkau pakai, tentunya aku tak akan mempersoalkannya, tetapi pada hari ini harta itu akan jadi harta waris setelah aku tiada. Harta itu boleh engkau bagi dengan kedua saudara lelakimu dan kedua saudara perempuanmu, bagilah harta waris itu menurut hukum Kitabullah.” Kata Aisyah: “Maka aku berkata: “Wahai ayah, kami tidak keberatan untuk membaginya, tetapi putrimu hanya Asma dan aku, maka siapakah putrimu yang lain?” Kata Abubakar: “Kini ia masih dalam perut ibunya, yaitu Habibah binti Kharijah ibnu Zaid, kulihat, ia adalah perempuan.” Setelah ia wafat, memang benar yang lahir adalah anak perempuan, ia diberi nama Ummu Kaltsum binti Abubakar. (Hadis riwayat Malik dalam kitab Al-Muwatha’)

CONTOH KAROMAH :


1. Dapat Menghidupkan MayatImam Taajus Subki memberi contoh karamah Abi Ubaid Al Busri. Beliau pernah berdoa kepada Allah agar kudanya yang mati ditengah medan perang dihidupkan kembali. Doa beliau terkabul dan kuda Abi Ubaid akhirnya hidup kembali.
Pernah Mifraj Ad Damamini berkata kepada anak burung yang telah dipanggang: “Terbanglah wahai burung dengan izin Allah”. Ucapan beliau terkabul dan burung itu hidup kemudian terbang.
Syeikh Ahdal pernah memanggil kucing yang telah mati. Akhirnya kucing itu hidup dan datang kepada Syeikh Ahdal.
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani pernah berkata kepada seekor ayam yang baru di makan dagingnya: “Hai ayam hiduplah kau dengan izin Zat yang dapat menghidupkan tulang belulang”.
Dengan izin Allah, tulang belulang tersebut berubah wujudnya menjadi ayam kembali.
Pernah Abi Yusuf Dahmani berkata kepada seorang mayat:
“Hai fulan, hiduplah dengan izin Allah”. Ucapan beliau terkabul sehingga mayat itu hidup kembali selama beberapa waktu.
Imam Subki pernah bercerita: “Aku pernah dengar kisah Syeikh Zainuddin Al Faruqy Asy Syafi’i, bahawa pada suatu hari ada seorang anak kecil jatuh dari atap rumahnya lalu mati. Ketika Syeikh Zainuddin melihat kejadian itu, beliau berdoa kepada Allah. Maka dengan izin Allah, anak kecil yang mati itu hidup kembali.
Selanjutnya Imam Subki berkata: “Sesungguhnya kejadian semacam itu tidak terhitung banyaknya. Dan aku yakin benar adanya karamah seperti itu. Hanya saja yang belum pernah kudengar adanya seorang wali yang dapat menghidupkan orang
mati yang telah lama atau yang sudah menjadi tulang belulang. Yang kami dengar hanyalah pada diri sebagian Nabi di zaman dulu.Dan itu pun merupakan suatu mukjizat baginya. Bukan termasuk jenis karamah. Yang mungkin terjadi pada diri seorang Nabi terdahulu adalah menghidupkan suatu kaum yang telah mati beberapa abad, kemudian mereka dihidupkan. Dengan izin Allah kaum itu hidup selama beberapa waktu. Yang tidak mungkin terjadi dimasa ini adalah adanya seorang wali yang menghidupkan Imam Syafi’i atau Abu Hanifah, kemudian keduanya dapat hidup lama dan bergaul dengan masyarakat seperti pada waktu sebelumnya.

Tidak ada komentar: